Tak Terasa Negara Kita telah berumur 63 tahun. Bila kita mengingat lagi begitu beratnya perjuangan kakek-nenek kita dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankannya dari Belanda dan Jepang . Indonesia merupakan Negara yang memiliki sejarah yang sangat panjang hampir 4 abad kita harus hidup dibawah naungan keterpurukan penjajahan yang begitu banyak mengorbankan jiwa maupun raga dari nenek moyang kita. Kita akan sangat tercengang melihat apa yang telah dicapai oleh Negara ini. Sebuah bangsa besar yang memiliki potensi yang sangat besar baik dibidang SDM dalam segi jumlah dan SDA dari segi kuantitas juga. Sekarang bangsa Indonesia bisa dilampau oleh Negara-negara yang notabene lebih muda dari kita dan memiliki SDA yang pastinya kalah, seperti Malaysia, singapura, dll.
Dengan realita-realita tadi kita bisa simpulkan bahwa bangsa ini walaupun memiliki jumlah SDM yang banyak akan tetapi memiliki kualitas yang tidak bagitu mendukung perkembangan ekonomi Negara kita. Melalui berbagai observasi dan penelitian ternyata secara Intelektual, Negara kita sebenarnya memiliki potensi yang hampir sama dengan bangsa-bangsa lain. Terus apa yang menjadi sebab-musababnya? Jawabnya adalah hal yang sangat krusial yaitu pola pikir masyarakat kita. Pola pikir masyarakat itu banyak,meliputi: primitive, berpikir pendek, suka iri dengan orang lain, tidak kreatif dan lain-lain. Berfikir pendek misalnya pemerintah yang agak enggan mengembangkan PLTPB “pembangkit listrik tenaga panas bumi” sudah bukan hal yang diragukan lagi bahwa Indonesilah yang memiliki potensi terbesar di bidang panas bumi di dunia. Salah satu pertimbangan pemerintah yang sangat kekanak-kanakan adalah biaya pembuatan powerplant panas bumi yang lebih mahal, padahal dengan PLTPB tersebut banyak kebaikan yang kita akan dapatkan misalnya: tanpa polusi udara, setelah pembangkit listriknya berjalan tidak memerlukan asupan bahan bakar lagi. Beda halnya apa yang terjadi pada PLTU”pembangkit listrik tenaga uap” walaupun biaya pembuatan powerplan awal yang lebih murah, tetapi setiap harinya membutuhkan asupan bahan bakar. Dan hal-hal lain yang sangat mengherankan bukan hanya di tataran kebijaksanaan pemerintah saja tetapi juga masyarakat pada umumnya. Hal-hal tersebutlah yang seharusnya menjadi konsentrasi agen-agen perubahan bangsa ini.